Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kata ‘dongeng’? Adakah dongeng menjelang tidur, dongeng seribu satu malam, ataupun kisah-kisah klasik lainnya yang berada di top of mind?
Pada 24 – 26 November dihelat Festival Dongeng Internasional Indonesia 2023 bertajuk “Perjalanan”. Festival Dongeng tersebut berlangsung di Jakarta, tepatnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Jakarta (Cikini), dan Ruang Belajar Alex Tilaar.
Saya dan keluarga hadir di festival tersebut pada hari Minggu (26/11) di Perpustakaan Nasional. Poin apa saja yang menurut hemat saya menarik? Salah satunya adalah panggung yang dilakukan secara paralel. Terdapat Taman Cerita, Panggung Istimewa, Panggung Utama. Dengan panggung paralel tersebut, pengunjung dapat memilih mau menikmati dongeng yang mana. Bingung memilih? Pengunjung dapat bertanya kepada “Para Penjaga Mimpi” yang wira-wiri serta tersebar di beberapa titik.
Untuk pengalaman menikmati dongeng yang optimal, ada baiknya untuk mengalokasikan waktu lebih lama. Dikarenakan dengan begitu, dapat menjelajah ke panggung satu dan panggung lainnya. Di Taman Cerita, selain dapat mendengarkan dongeng, terdapat beberapa aktivitas yang bisa dilakukan, seperti mewarnai, membuat wayang, permainan tradisional, baca buku, dan lain-lain.
Di Taman Cerita tersebut, kami berkesempatan mendengar seorang pendongeng remaja membawakan kisah tentang buto ijo. Di samping itu kami pun berkesempatan mewarnai serta membuat wayang. Mewarnai dan membuat wayang yang dilakukan merupakan maskot berbentuk gajah bernama A pada Festival Dongeng ini. Wayang yang diwarnai ini menjadi suvenir, kenang-kenangan menghadiri perhelatan tersebut.
Sementara di Panggung Utama, kami berkesempatan mengikuti Dongeng Kak Namira & Kak Dwina, Odong-Odong Dongeng, Hayppytunes, SEKAT Studio, MAN (Kak Rival Himran), DOMIKADO. Dari deretan yang kami ikuti di panggung utama tersebut, keseruan terwujud, di antaranya melalui pelibatan dan interaksi. Bagaimana anak-anak diajak bernyanyi, bergerak, bermain bersama, menirukan suara binatang, dimintai pendapatnya.
Ragam interpretasi terhadap dongeng pun mewujud pada para penampil yang beraneka ragam. Alhasil membuka cakrawala, bahwa mendongeng bisa sekeren dan sekreatif itu. Ragam tampilan itu, di antaranya melalui permainan suara, boneka yang aneka ukuran, serta nyanyian yang ear catchy.