Para kreator selayaknya memiliki “lumbung” karya. “Lumbung” tersebut dapat berupa ide-ide yang dapat dieksekusi nanti, serta sejumlah karya yang masih belum selesai. Mengapa penting untuk tetap menyimpan karya yang tak selesai?
Menurut hemat saya, dikarenakan di lain waktu, karya tersebut dapat diselesaikan. Di kesempatan lain, mendapatkan serpihan-serpihan penyusun lainnya, sehingga menjadi lengkaplah karya itu.
Dalam hal ini, saya personal mencatat beberapa ide, serta memiliki sejumlah karya tulis yang belum selesai. Ketika melongok lagi di kesempatan waktu yang berbeda, terkadang barulah bertemu jembatan penghubung yang menghubungkan ide dengan ide yang lainnya. Di kesempatan lain, baru terhubung kepingan informasi dengan kepingan informasi lainnya. Atau “sesederhana” baru mendapatkan mood untuk merampungkan karya tulis yang belum selesai itu.
Karya yang belum selesai tersebut, ibarat kepingan puzzle yang lalu menemui kepingan puzzle lainnya di kesempatan waktu berbeda. Lalu dapat diselesaikan karena dengan “kepingan puzzle” yang lebih banyak, biasanya akan lebih bersemangat untuk merampungkannya sekalian.
Karya yang tak selesai, bisa jadi memang pada masanya barulah dapat diselesaikan. Dikarenakan untuk merampungkan karya tersebut butuh skill yang lebih memadai, jam terbang yang lebih panjang. Contoh kasus, pada novel “Rapijali” karya Dewi Lestari. “Rapijali” merampungkan cerita “Planet Ping” yang sempat “tertidur” 27 tahun.
Karya yang belum selesai, juga dapat diutak-atik, dikontekstualisasi dengan era sekarang. Diutak-atik, misalnya bila novel, mungkin bisa dengan menggunakan point of view (POV) yang berbeda.
Dikontekstualisasi, dapat dimasukkan ide baru yang relevan dengan kini. Pada novel “Rapijali” misalnya dengan memasukkan elemen debat calon gubernur, ajang pencarian bakat, media sosial.
Karya yang belum selesai, bahkan dapat “diselesaikan” ketika kreatornya telah meninggal dunia. Seperti band legendaris The Beatles yang merilis lagu “Now and Then” sebagai karya final mereka yang “dibuat” oleh keempat anggota band secara lengkap. Lagu ini terselesaikan, tak lepas dari bantuan teknologi AI.
Meski dibantu oleh teknologi AI, dalam website resmi The Beatles menyebutkan lagu “Now and Then” dinyanyikan oleh John Lennon, dikembangkan oleh Paul McCartney, George Harrison dan Ringo Starr yang akhirnya diselesaikan oleh dua member The Beatles yang tersisa, Paul dan Ringo.