Keterbatasan bukanlah halangan. Setara antara penyandang disabilitas dan nondisabilitas dapat diupayakan dengan memfasilitasi, memberikan akses kepada para difabel. Dengan begitu para penyandang disabilitas dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Fasilitas, serta akses itu di antaranya dapat dilihat di sejumlah area publik, seperti ram, taktil. Hal senada pun diterapkan pada pecahan uang. Bagaimana tunanetra dapat membedakan pecahan uang? Terdapat blind code di setiap mata uang dengan sebuah garis yang tebal dan dalam setiap pecahan untuk mengenal pecahan.
Lalu, terdapat pula selisih ukuran yang dapat membantu membedakan pecahan uang. Selisih ukuran bila merujuk ukuran global, yaitu 5 mm.
Masih perihal tunanetra, kali ini tentang ubin taktil, jalur khusus di trotoar bagi tunanetra. Terdapat bagian trotoar yang berwarna kuning cerah di sepanjang trotoar. Selain warnanya yang berbeda, bagian kuning ini juga mempunyai tekstur yang berbeda dengan bagian trotoar lainnya, yaitu menonjol dengan bentuk bulat dan ada yang berbentuk garis memanjang.
Ubin taktil bermanfaat sebagai panduan berjalan untuk pejalan kaki tunanetra. Dengan begitu penyandang tunanetra dapat pergi ke pusat kota, taman, menggunakan transportasi umum seperti kereta api dengan aman.
Dengan adanya ubin taktil, tunanetra dapat berjalan di ruang publik dengan mandiri serta tanpa pendampingan. Lalu, pernahkah Anda memperhatikan ubin taktil tersebut dengan saksama? Seperti dilansir Bobo, terdapat dua desain pada ubin taktil. Desain yang pertama adalah ubin dengan pola menonjol berbentuk lingkaran. Sedangkan desain kedua merupakan pola menonjol berbentuk batang atau garis.
Kedua desain atau pola tersebut mempunyai artinya masing-masing. Ubin dengan desain bulat menandakan pejalan kaki bahwa mereka berada di jalur yang mendekati bahaya, misalnya di persimpangan jalan atau mendekati jalan raya.
Ada pun ubin dengan desain garis atau batang menandakan bahwa mereka sudah berada di jalur yang aman.