Pernahkah Anda mendengar strukter teks berita berupa “piramida terbalik”? Berita terdiri dari beberapa unsur yang dikenal dengan 5W + 1H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana). Maka, jawaban dari 5W + 1H itu adalah bagian penting yang harus diletakkan di awal.
Sebuah peristiwa memuat banyak informasi. Ada informasi yang penting dan tidak penting. Seperti dilansir Kompas, berita dimulai dari hal yang paling penting hingga ke yang paling tidak penting.
Klimaks berita berada di awal cerita yaitu pada paragraf pertama. Paragraf pertama menyajikan fakta paling penting atau paling menarik. Paragraf kedua diisi dengan fakta yang menerangkan fakta pada paragraf pertama, dan begitu seterusnya ke bawah.
Struktur piramida terbalik membuat penyampaian pesan berlangsung lebih cepat dan efektif. Struktur ini membantu pembaca mengikuti pesan secara efisien. Pembaca dapat segera tahu inti berita tanpa harus membaca seluruh isi laporan.
Untuk dapat menerapkan konsep “piramida terbalik” tersebut tentunya perlu diasah bersama waktu bagi pembuat berita. Lantas adakah konsep “piramida terbalik” ini dapat diterapkan pada hal lainnya? Menurut hemat saya, ya dan tidak.
Untuk poin ya, maka awalan yang memantik, dapat ditemui pada sejumlah teori dan praktik. Misalnya pada pembuatan konten di media sosial terdapat tips untuk dapat memantik sejak detik-detik awal, dengan memberi hook pada 5 detik pertama.
Hal senada dijumpai pada film aksi, yang awalannya menegangkan, konflik, serta memiliki muatan aksi. Film Mission: Impossible merupakan bukti sahih akan pengejawantahan teori tersebut. Sedangkan poin tidak pada “piramida terbalik” dapat ditemui misalnya pada sejumlah karya sastra. Seperti misalnya puisi, cerita pendek, novel – dimana penceritanya dapat “kemana-mana dulu” bertutur, serta tak langsung ke inti masalah. Mungkin hal tersebut dikarenakan lisensi puitis untuk mengenalkan karakter, lingkungan cerita, dan sebagainya.