Carian
Selama Ini Kau Hebat, Karena Kau Mendengarkan 
February 20, 2024 Arifin

Dalai Lama pernah bertutur, “Ketika kita berbicara, kita hanya mengulangi apa yang sudah kita ketahui. Tetapi ketika kita mendengarkan, kita mungkin belajar sesuatu yang baru.” Belajar sesuatu yang baru dengan mendengarkan – telahkah kita melakukan itu dalam keseharian?

Bila seseorang tetap merasa “bodoh”, serta senantiasa haus akan pengetahuan, maka mendengar merupakan wahana yang adidaya untuk menyerap ilmu. Dikarenakan ilmu, pengalaman, dapat begitu luas.

Tak percaya? Coba saja melakukan percakapan dengan orang yang baru ditemui – mungkin ketika berada di transportasi publik, di tempat publik, ataupun kendaraan online. Alangkah mencengangkannya, bila seseorang merasa “bodoh” serta haus akan pengetahuan, pengalaman, maka mendengarkan dari penutur di tempat-tempat tersebut dapat menjadi cara. Ada sejumlah pengetahuan aplikatif, fakta, serta pengalaman menahun yang dapat diserap dengan wahana: mendengarkan.

Di samping itu, dengan mendengarkan orang dari ragam latar belakang, membawa diri untuk keluar dari gelembung, tempurung dunianya. Kemampuan komunikasi pun akan terasah. Dari mendengarkan itu, dapat menakar, kira-kira diksi mana yang dipakai, pertanyaan ataupun jawaban apa yang relevan dengan perbincangan kala itu, dan sebagainya.

Dengan mendengarkan, serta mengajukan pertanyaan, sesungguhnya kita tahu apa yang menarik bagi mitra bicara kita. Bahkan sering kali kita sebenarnya tak perlu terlalu banyak berbicara dan justru harus lebih banyak mendengarkan. Bukankah yang kerap terjadi adalah defisit untuk didengar? Seperti petikan dari lagu “Jiwa Yang Bersedih” dari Ghea Indrawari:

Selama ini kau hebat

Hanya kau tak didengar

Komen