Isu yang sedang hangat diperbincangkan di Indonesia adalah makan siang gratis. Tidak, saya tidak sedang membahas secara politiknya, melainkan dari sisi makanannya. Panduan perihal apa yang dikonsumsi telah memiliki patokan sebenarnya yakni menu gizi seimbang.
Menu gizi seimbang berbeda kiranya dengan konsep 4 sehat, 5 sempurna. Sidang pembaca dapat mencari tahu lebih lanjut tentang menu gizi seimbang yang dimaksud. Telah begitu banyak informasi tentang gizi seimbang yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan.
Dengan membiasakan menu gizi seimbang ini, sesungguhnya merupakan bekal pembelajaran jangka panjang. Bayangkan bila telah terbiasa di makan siang, memakan menu gizi seimbang, maka harapannya pada kesempatan lainnya pun kebiasaan baik itu juga diterapkan.
Anak, orang tua, masyarakat, dapat lebih mengenal tentang menu gizi seimbang. Itu berarti terdapat pendidikan soal makanan. Ada kesadaran akan apa yang dikonsumsi. Apa yang dikonsumsi dapat membentuk diri. Apa yang dikonsumsi dapat berimplikasi pada kesehatan, gaya hidup, kualitas sumber daya manusia.
Masih terkait pendidikan soal makanan, dengan mengenal menu gizi seimbang, maka selaiknya terkabarkan bahan-bahan yang mendukungnya. Misalnya untuk karbohidrat, bisa didapatkan dengan mengonsumsi apa saja. Lalu, protein, bisa didapatkan dengan mengonsumsi apa saja. Kombinasi, substitusi, dapat dilakukan, bila telah mengetahui prinsip-prinsip dasar pada gizi seimbang tersebut.
Poin lainnya yang dapat ditelusuri yakni anak dapat dilibatkan terkait makanan. Bila sasarannya adalah anak usia sekolah, maka pendidikan soal makanan juga dapat dilakukan pengayaan baik oleh orang tua, sekolah, masyarakat. Berikan pemahaman mengenai cara memasak yang bersih, makanan yang dikonsumsinya asalnya dari mana, dan sebagainya. Orang tua di kesempatan lainnya juga dapat melibatkan anak dalam menyiapkan masakan, seperti dari membeli bahan-bahannya, membantu memasak (tentunya disesuaikan dengan usia anak), ataupun bisa dengan menggunakan bahan dari kebun sendiri, dan sebagainya.