Zaman kontemporer menghadirkan sejumlah perubahan dan pertanyaan. Di antaranya mengenai urgensi menulis, seiring konten audio visual yang memadati hari-hari kita. Namun, selidik punya selidik, usut punya usut, berbagai kalangan menyuarakan tetap pentingnya menulis.
Urgensi menulis, di antaranya mengaktifkan kerja otak, lebih dapat mengingat sesuatu, serta sebagai wahana ekspresi pikiran dan perasaan. Mari telaah mengenai lebih dapat mengingat sesuatu – ada begitu banyak informasi, pemikiran yang berseliweran. Maka salah satu metode untuk lebih fasih mengingatnya adalah dengan cara menuliskannya.
Menuliskan, bahkan dengan sekadar poin-poin penting, ataupun quote tertentu – ketika dibaca kemudian, akan lebih mudah bagi otak untuk mengingat serta mencari hubungannya.
Menulis sebagai wahana ekspresi pikiran dan perasaan – ada hal-hal yang sukar untuk diucapkan, diutarakan. Apa jadinya bila hal semacam itu menumpuk semakin hebat? Maka dapat berpengaruh pada kesehatan seseorang. Maka menulis juga dapat menjadi cara untuk meredakan cemas, meminimalisir stres, menyuarakan ketakutan. Ada perasaan lega tertentu ketika menuliskan apa yang di pikiran dan perasaan.
Menulis juga dapat membantu untuk menata pikiran dan perasaan. Ada proses untuk mencerna apa yang terjadi, mungkin pula mencari informasi terkait apa yang dialami. Bersama waktu, menulis memberikan jarak yang proporsional terhadap apa yang dialami. Hal yang membuat diri dapat melihat sesuatu dari berbagai cara pandang.
Menulis juga dapat menjadi inspirasi bagi orang lainnya. Pada beberapa tulisan, ada orang yang merasa sepaham, sepemikiran.
Menulis juga sesungguhnya keterampilan dasar yang dapat digunakan di berbagai medium karya. Untuk urusan audio visual saja, bukankah ada sosok penulis skrip, penulis ceritanya? Pun begitu dengan medium karya lainnya yang memerlukan keahlian, keterampilan menulis.