Hikmah kiranya datang dari mana saja. Bisa didapatkan dari nilai yang hidup di suatu negara, dalam hal ini Jepang. Negara Asia Timur tersebut memiliki sejumlah nilai yang kiranya dapat kita reguk hikmahnya. Nilai-nilai itu seperti ikigai, kaizen, shosin, ganbaru, wabi sabi.
Pada ikigai, termaktub untuk memiliki tujuan dalam hidup. Mari tanyakan pada diri, apa alasan Anda bangun setiap harinya? Pada ikigai terdapat prinsip: kerjakanlah yang kamu cintai, kerjakan apa yang memang kamu mahir dan menguasai hal tersebut, kerjakanlah yang memang kamu dapat mendapatkan hasil (uang).
Lalu, pada kaizen, fokuslah pada pertumbuhan kecil pada dirimu. Bila diri dapat terus tumbuh, walau kecil, namun lihatlah dalam akumulasi, maka akan menjadi luar biasa. Teruslah berupaya untuk memperbaiki diri.
Poin berikutnya yakni shosin, dalam hal apa pun, jangan terburu-buru. Bila kita terburu-buru, pikiran akan terpecah, mau ini dan mau yang itu juga. Bila dikaitkan dengan konsep lainnya, maka mindful-lah.
Kemudian terdapat ganbaru yang menekankan untuk melakukan dan memberikan yang terbaik. Hal tersebut bila dikaitkan dengan filosofi Stoik, berfokus pada apa yang ada dalam kendali diri. Maka apa yang ada dalam kendali diri, berikan sebaik-baiknya. Perihal hasil, mungkin berhasil, mungkin tidak. Namun, dengan memiliki kesadaran untuk selalu memberikan yang terbaik, maka akan menjadi budaya kerja. Termasuk memfokuskan pikiran, tenaga, waktu, untuk memberikan yang terbaik.
Lalu wabi sabi yang merupakan filosofi Jepang yang digunakan untuk mencari keindahan dalam ketidaksempurnaan. Terdapat konsep tidak ada yang abadi, tidak ada yang selesai, dan tidak ada yang sempurna. Maka dengan menyelami konsep tersebut, ada kenikmatan pada in the moment, seperti sesederhana melihat keindahan pada daun-daun kering yang gugur dari pohonnya. Hal-hal yang ada di dunia ini tidak kekal, memungkinkan kita untuk lebih menghargai keindahannya. Semoga dengan begitu akan lebih banyak terbit rasa syukur dan menerima.