Bulan puasa mengingatkan kembali salah satu filosofi penting, yakni untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu. Berbagai hal telah terdapat waktunya tersendiri. Pada ibadah, seperti salat berjamaah, bagaimana tumakninah, tertib, seperti diingatkan. Pun begitu untuk lebih menghayati dalam melaksanakan salat, baik secara gerakan, serta apa yang dibaca.
Pada tadarus, tidak tergesa juga dikenal, yakni dengan membaca Al-Qur’an secara tartil. Selain aspek ibadah, tanpa tergesa juga perlu dihayati dalam keseharian. Maka dikenal konsep untuk berfokus pada waktu yang ada, single tasking.
Sejumlah konsep manajemen, seperti matriks Eisenhower, pomodoro – merupakan langkah yang ditempuh, untuk melakukan mitigasi terhadap ketergesa-gesaan. Apa yang dilakukan? Pada matriks Eisenhower, dengan menyingkirkan hal-hal yang sekiranya tak perlu dikerjakan ataupun dapat dikerjakan nanti. Dengan begitu diri dapat lebih berfokus dengan waktu yang ada, pada hal yang penting dan mendesak. Sedangkan pada teknik pomodoro, ada fase istirahat. Fokus melakukan sesuatu, istirahat; dengan pola semacam itu maka dapat menjadi cara agar tidak tergesa-gesa.
Tanpa tergesa, bila ditarik hulunya dapat dikarenakan waktu yang dimiliki, serta manajemen diri. Mengapa seorang dapat tergesa-gesa? Bisa dikarenakan waktu yang dimiliinya telah begitu terbatas. Maka alokasikan, rencanakan, persiapkan, serta benar-benar menggunakan waktu dengan baik.
Manajemen diri pun dapat diupayakan, bahwa ada keterbatasan dari manusia, ada keterbatasan dari waktu yang dimiliki. Selain itu, segala ketergesa-gesaan juga dapat dilakukan dengan melambatkan ritme. Misalnya seseorang dapat membaca buku secara lebih perlahan, melakukan sejumlah kegiatan yang temponya santai, seperti merajut, bermain lego. Anda pun perlu mempertimbangkan untuk menyempat-nyempatkan diri untuk melamun. Melamun sesungguhnya merupakan kegiatan yang positif, karena dapat merileksasi pikiran, membiarkan pikiran mengembara kemana-mana, serta pada melamun, diri diajak untuk tidak tergesa-gesa.