Carian
Mengasah Keterampilan, Dari Pemula Hingga ‘Sudah Bisa’ 
March 26, 2024 Arifin

Berbagai pelatihan keterampilan dapat ditemui. Baik yang sifatnya gratis, maupun berbayar. Belajar dari yang lebih ahli, berpengalaman, menghadirkan sejumlah manfaat.

Lazimnya terdapat tips tertentu yang diberikan oleh narasumber. Bila berada di fase pemula, newbie – ada baiknya untuk mengikuti langkah-langkah yang diberikan narasumber pelatihan keterampilan tersebut. Tentu dengan tetap menggunakan nalar, serta pertimbangan personal ketika menerapkannya.

Apa pasal baiknya mengikuti dulu, bila masih fase pemula? Dikarenakan perlu memulai membiasakannya terlebih dahulu. Bila menggunakan analogi memasak ataupun mengendarai sepeda motor sebagai berikut. Ketika awal-awal memasak, dapat berpegang pada buku resep masakan, bahan-bahannya, cara penyajiannya secara presisi. Lalu, ketika telah memiliki ‘jam terbang’ lebih tinggi dalam memasak, maka keterampilan akan lebih terbiasa, maka bolehlah melakukan kreasi, inovasi, dari pengalaman, serta buku resep memasak yang ada.

Hal senada dapat terjadi pada sampel mengendarai sepeda motor. Awal-awal mengendarai, ingat-ingat betul untuk diterapkan dasar-dasar berkendara, seperti melakukan gas, rem, bagaimana berbelok, dan sebagainya. Lalu, ketika telah memiliki ‘jam terbang’ mengendarai motor, maka keterampilan tersebut seakan telah melekat, serta menjadi reaksi tubuh.

Dari contoh kasus memasak, mengendarai motor – keterampilan lainnya pun dapat senada. Berikan ‘jam terbang’ keterampilan dengan mula-mula mengikuti langkah mereka yang lebih ahli, lebih berpengalaman, setelah merasa mumpuni secara ‘jam terbang’, maka lakukan inovasi, eksperimentasi, menguatkan kekhasan diri.

Mempelajari langkah-langkah dari orang lain, bila dikulik, juga sesungguhnya dapat pula diterapkan pada mereka yang telah memiliki ‘jam terbang’. Penulis sekaliber Dewi Lestari, Ika Natassa pun terhitung masih sering mengikuti pelatihan penulisan. Dewi Lestari mengaku rutin mengikuti pelatihan penulisan, yang menurutnya termasuk menyegarkan pemahamana teknik penulisan. Hal senada dilakukan Ika Natassa, pada suatu kelas menulis yang diampu Dewi Lestari, salah satu pesertanya ternyata Ika Natassa.

Mengapa perlu untuk belajar dari keahlian yang sepertinya ‘saya sudah bisa’? Hal tersebut bisa menjadi insight, siapa tahu ada cara, teknik lainnya yang dapat digunakan. Belajar sesuatu yang sepertinya ‘saya sudah bisa’, juga sesungguhnya me-recall sejumlah ilmu yang mungkin tercecer, lupa diterapkan dalam praktik, serta menghadirkan semangat untuk melakoni keterampilan itu lagi. Ada perasaan, diri telah memulai begitu jauh, tidak dari 0, serta telah memiliki bekal tertentu; meski begitu belajar memang menyegarkan kembali pemahaman, ilmu, serta siapa tahu ada update terbaru mengenai keterampilan yang digeluti.

Komen