Carian
“Setiap Gedung Punya Cerita” Pada “The Architecture of Love”
March 28, 2024 Arifin

“Setiap gedung punya cerita. Setiap manusia punya trauma”

Demikian adanya baris kata yang menandai official teaser dari film “The Architecture of Love” (TAOL). Film tersebut diangkat dari novel Ika Natassa. Terdapat hal yang menarik dari versi novel TAOL yakni bagaimana memaknai “setiap gedung punya cerita” dari perspektif karakter utamanya River Jusuf yang merupakan seorang arsitek. Menarik dinanti visualisasi dari “setiap gedung punya cerita” untuk versi filmnya yang akan segera hadir di bioskop.

Pada versi novelnya sejumlah karya River berupa goresan pensil di kertas terlihat pada sejumlah bangunan yang digambarnya. Sebut saja Sherry-Netherland Hotel, General Motors Building, Squibb Building, Seagram Building, Sony Building, Trump Tower, Plaza Hotel, Solow Building.

River juga menggambar Flatiron Building, bangunan yang selesai dibangun tahun 1902 tersebut, pernah menjadi salah satu bangunan tertinggi di New York dengan dua puluh lantai. “Beautiful and eccentric, but not really practical from architecture point of view,” tutur River yang versi filmnya akan diperankan oleh Nicholas Saputra.

Kerja serta filosofi arsitektur pun diungkap. Bahwa arsitektur bukan sekadar tentang matematika, seni, dan konstruksi. Arsitektur juga perkara perasaan.

Setiap bangunan selalu punya cerita, maka tak sekadar secara fasad bangunan yang diungkap, melainkan sekelumit filosofi dari sejumlah bangunan yang ada. Flatiron Building, Queensboro Bridge yang menjadi simbol harapan yang menyambut orang-orang ke kota New York untuk mengadu nasib.

Lalu ada pula Paley Park di East 53 rd Street, oasis di tengah hiruk-pikuk Manhattan. Terdapat dinding setinggi enam meter dengan waterfall yang mengalir deras, suara aliran airnya dengan cantik menciptakan white noise yang menyamarkan hiruk-pikuk kota. Arsitektur di Paley Park membuat pengunjung taman tersebut bisa mengalami atmosfer taman secara visual, serta mengalami sensasinya dengan telinga.

Simak pula Grand Central Terminal, yang mengungkap bahwa arsitektur selalu merupakan pertemuan antara cinta, pikiran, dan alasan.

Komen