Bila dianalogikan istilah ‘tajam pisau karena diasah’, maka seseorang dapat menjadi pandai dan mahir karena terus belajar dan berlatih. Tak percaya? Hal itu dapat diuji, di antaranya ketika seseorang libur panjang, rehat beberapa waktu dari keterampilan yang biasa ditekuninya sehari-hari.
Lalu, ketika kembali dari libur panjang, rehat; untuk kembali melakoni keterampilan tersebut, dibutuhkan adaptasi selama beberapa waktu, agar “nyetel” kembali. Hal tersebut menunjukkan, bahkan untuk keterampilan yang sesungguhnya telah “rajin diasah” perlu untuk senantiasa melekat serta “intens diasah”.
‘Tajam pisau karena diasah’ – mungkin melihat seseorang begitu piawai melakukan keterampilan tertentu. Sepertinya mudah saja melakukannya. Namun, bila diri melakukan keterampilan tersebut, alamak sukar, sulitnya. Hal tersebut bila ditelusuri, bisa dikarenakan intensitas menyelami keterampilan tersebut. Kesukaran yang dialami, karena diri baru mencoba keterampilan itu di tahap awal, sedangkan sosok yang piawai telah melalui jam-jam yang panjang
Jam-jam panjang untuk mengasah keterampilan bisa jadi telah dilakukan sedari kecil. Dalam hal ini lingkungan, kebiasaan, dapat berperan untuk memekarkan keterampilan tersebut agar senantiasa dapat diasah.
Tak hanya sekadar bakat, dengan kegigihan untuk menempa keterampilan tertentu, maka seseorang dapat piawai pada bidang tertentu. Baik itu yang sifatnya olahraga, seni, penelitian, memasak, dan sebagainya – berbagai ranah tersebut perlu didalami dengan sungguh agar menjadi terampil.
Adakah berarti seseorang harus mulai mengasah keterampilan tertentunya semenjak dini saja? Nyatanya diperlukan semangat pembelajaran. Dan semangat pembelajaran tersebut sesungguhnya dapat berlaku di usia berapa saja. Bahkan mempelajari keterampilan baru, dapat menjadi relaksasi, growth mindset, peluang untuk menambah daya kebermanfaatan. Memadukan keterampilan baru dengan keterampilan yang telah dimiliki terlihat menarik. Adakah keterampilan tertentu yang ingin Anda kuasai pada tahun 2024 ini?