“Jadilah penulis yang paling beda jika tidak bisa jadi yang terbaik atau yang pertama,” tutur Raditya Dika. Yang dikatakannya bukan sekadar omon-omon, melainkan telah dilakukan. simaklah sejumlah judul bukunya yang mengandung unsur hewan. Seperti “Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh”, “Cinta Brontosaurus”, “Marmut Merah Jambu”, “Manusia Setengah Salmon”, “Ubur-ubur Lembur”.
Membuat karya yang unik dan berbeda, meneguhkan positioning, membuat publik mengingat secara top of mind. Maka tak mengherankan bila ada sebutan, branding tertentu – hal tersebut untuk memantik ingatan, melekatkan pada kesan tertentu.
Adakah untuk membuat karya yang unik dan berbeda dapat tiba-tiba dan sekali jadi? Nyatanya dari berbagai fakta yang ada untuk mencapai kesana memerlukan pencarian, ekseperimentasi, serta menghasilkan karya-karya tertentu. Ada proses mengetes pasar, melihat penerimaan publik, mengevaluasi mana yang menarik dan kurang mendapatkan tanggapan.
Membuat karya yang unik dan berbeda, bisa jadi merupakan pencarian panjang. Setelah mengonsumsi, menyerap aneka inspirasi-aneka karya, lalu mencoba merumuskan karya unik dan berbeda.
Karya yang unik dan berbeda juga sesungguhnya menjelaskan hakikat keragaman serta berani menyuarakan posisi diri. Hal ini merupakan tantangan tersendiri dimana lazimnya terjadi penyeragaman serta standar yang bagus seperti apa.
Membuat karya yang unik dan berbeda, berarti bicara tentang kekhasan, karakter suatu karya. Maka dengan begitu ada diferensiasi. Bagaimana suatu isu tertentu didekati. Misalnya pada 22 April diperingati sebagai Hari Bumi, maka bila telah memiliki kekhasan tertentu, pada karya menyambut Hari Bumi tersebut akan nampak unik dan berbedanya.