Salah satu cara untuk meredakan perasaan emosional atau dalam keadaan terburuk yakni dengan pernapasan. Manusia menjalani hidup sehari-hari dengan bernapas. Manusia mengambil sekitar 20.000 napas sehari.
Terdapat potensi besar yang dimiliki napas bagi kesehatan mental. Cara kita bernapas memengaruhi fisiologi, kesejahteraan, dan fungsi kognitif seperti detak jantung, tekanan darah, emosi, dan ingatan.
Pola pernapasan memengaruhi fungsi banyak area penting di otak, memengaruhi cara kita memandang dunia, berpikir, memperhatikan, mengingat, dan merasakan. Ketika kita mengubah pernapasan, neuron kita merespons ritme napas kita sehingga dapat mengontrol aktivitas sel otak kita.
Penelitian juga menunjukkan bahwa emosi yang berbeda dikaitkan dengan pola pernapasan yang berbeda, maka itu seringkali napas terasa cepat dan tidak bisa terkontrol saat merasa marah.
Sedangkan, memperlambat ritme napas, terutama embusan napas dapat memulai relaksasi. Ini menenangkan detak jantung dan menstimulasi saraf vagus, yang berjalan dari batang otak ke perut dan merupakan bagian dari sistem saraf parasimpatis (“sistem istirahat dan pencernaan”).
Saat itu Anda akan mulai tenang, merasa lebih baik dan kemampuan Anda untuk berpikir akan berjalan kembali.
Terdapat tips untuk mengatur emosi dengan teknik pernapasan, yaitu tarik napas hingga paru-paru Anda penuh (misalnya hingga empat hitungan), lalu saat menghembuskan napas, cobalah menghembuskan napas lebih lama dari saat Anda menarik napas, idealnya satu setengah atau dua kali lebih lama. Lakukan ini dengan mata tertutup selama lima menit dan perhatikan efek setelahnya. Sumber: Psychology Today, Antara