Dalam kehidupan, ragam perasaan lumrah dialami: senang, sedih, cemas, berharap, marah, dan sebagainya. Bagaimana mencerna ragam perasaan tersebut dengan lebih perlahan, dapat diupayakan dengan menuliskannya.
Seseorang dapat melakukan journaling. Pada dasarnya journaling adalah kegiatan menulis apa yang dirasakan dan dipikirkan dengan tujuan untuk memahaminya lebih baik. Seseorang dapat kerepotan dengan riuhnya suara-suara di dalam pikiran. Melalui journaling dapat membantu mengendalikan serta mengurai suara-suara tersebut.
Journaling dapat menjadi wahana untuk mengalirkan ragam perasaan. Ada kelegaan tersendiri selepas melakukan journaling. Di samping itu, ketika menulis, ada kesempatan pula untuk melakukan refleksi, serta menakar kira-kira perasaan macam apa yang dialami. Bisa jadi ada “ledakan emosi”, miskonsepsi, dengan journaling memberikan kesempatan untuk menyikapinya dengan lebih arif.
Journaling juga dapat menjadi refleksi serta memaknai sesuatu. Bisa jadi apa yang dialami berbilang-bilang masa yang lampau, ketika itu dituliskan tone perasaan negatif. Namun, ternyata berbilang waktu kemudian, barulah seseorang menemukan hikmahnya akan peristiwa tersebut, serta bersyukur.
Journaling juga merupakan arsip pengingat, bahwa diri pernah mengalami aneka macam perasaan. Sedih tak selamanya sedih. Senang tak selamanya senang. Maka ada sifat relatif, kesementaraan. Dengan begitu menjadi bekal bila menghadapi hal yang tak menyenangkan dan hal yang menyenangkan – untuk disikapi dengan proporsional.
Mencerna ragam perasaan juga dapat dialihwahanakan menjadi karya. Sejumlah karya tulis, bisa seseorang susun ketika mengalami perasaan tertentu. Baik itu puisi, esai, cerita pendek, lirik lagu, dan sebagainya. Premis utamanya dari rona perasaan yang paling kuat dialami saat itu. Lalu, sertakan unsur-unsur kreatif dalam penciptaan karya. Siapa tak kenal penyanyi Taylor Swift? Lirik-lirik lagunya, serta judul lagunya, menceritakan ragam perasaan yang dialaminya.