Paparan suara keras dalam jangka waktu lama atau bahkan hanya satu kali saja bisa menyebabkan gangguan pendengaran, karena suara yang menggelegar dapat merusak sel dan membran di telinga bagian dalam.
Selain dapat menyebabkan gangguan pendengaran, polusi suara juga dikaitkan dengan peningkatan stres, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan penurunan produktivitas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang dewasa dapat dengan aman mendengarkan kebisingan 80 desibel hingga 40 jam seminggu.
Suara mesin sepeda motor yang menyala sekitar 95 desibel, sedangkan suara penanda kedatangan kereta bawah tanah dan acara olahraga sekitar 100 desibel menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.
Dalam hal tersebut, penggunaan earmuff atau alat peredam kebisingan bermanfaat karena dapat mengurangi kebisingan 20 hingga 40 desibel. Namun teknologi ini bukannya tanpa risiko.
Suara keras yang intens bisa merusak pendengaran, jadi ada situasi di mana earmuff bermanfaat. Namun, pada saat yang sama kebisingan latar belakang sangat penting untuk orientasi lingkungan. Disarankan menggunakan earmuff di lokasi konstruksi, militer, konser, atau tempat kerja yang bising.
Perlu diketahui bagi para pengguna earmuff atau peredam bising bahwa memblokir kebisingan latar belakang dapat memengaruhi cara otak memproses suara serta mengurangi kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Hal ini bisa jadi berisiko membahayakan.
Untuk kasus-kasus tertentu earmuff bermanfaat bagi orang-orang yang menderita hyperacusis (gangguan pendengaran langka) atau autisme. Namun perlu pembatasan penggunaan perangkat itu dua hingga tiga jam dalam sehari.
Tak lupa earmuff harus dibersihkan setidaknya seminggu sekali menggunakan sikat berbulu lembut guna menghilangkan lilin dan kotoran serta tisu beralkohol untuk membunuh virus, bakteri, atau jamur yang dapat menyebabkan infeksi telinga.
Sumber: WHO, Antara