Tengah pekan ini merupakan laga penentu bagi sejumlah klub Eropa. Liga Champions, Liga Europa, Conference League melakoni babak semifinal. Alhasil sejumlah klub yang lolos ke partai puncak telah mengerucut dan terlihat.
Sejumlah nama dan klub menjadi magnet pemberitaan, yakni Carlo Ancelotti, Joselu, Bayer Leverkusen. Bila boleh menarik garis pembelajaran dari nama-nama tersebut, maka inilah selayang pandangnya.
Carlo Ancelotti pelatih berusia 64 tahun ini layak disebut sebagai pelatih tersukses di kancah Liga Champions. Sejumlah data, fakta, statistik dapat menjadi rujukan. Ancelotti kini tercatat telah 6 kali membawa klub yang diasuhnya ke final Liga Champions. Akankah pada laga final 2 Juni 2024 nanti menjadi gelar kelima Liga Champions yang berhasil diraihnya sebagai pelatih? Sebagai perbandingan kompetitor lainnya baru mentok 4 kali mencapai final Liga Champions yakni Pep Guardiola, Jurgen Klopp, Alex Ferguson, dan Marcello Lippi.
Hebatnya lagi Ancelotti mampu berada di level elite Liga Champions selama lebih dari dua dekade menjadi pelatih. Pada musim 1998/99, pelatih berpaspor Italia ini berhasil mengantarkan Juventus hingga semifinal. Kali pertama meraih gelar Liga Champions sebagai pelatih pada musim 2002/03 bersama AC Milan. Ada pun gelar juara lainnya diraih pada 2006/07 bersama AC Milan, serta 2013/14 dan 2021/22 bersama Real Madrid.
Berada di level elite Liga Champions selama lebih dari dua dekade tentu pencapaian istimewa. Dikarenakan banyak pelatih yang tak mampu beradaptasi dengan zaman, serta kesuksesannya tidak merentang lama.
Mari beranjak ke nama berikutnya yakni Joselu. Sang pencetak brace (dua gol) pada leg kedua semifinal Real Madrid menghadapi Bayern Muenchen. Usianya kini telah mencapai 34 tahun. Seakan mengajarkan bahwa tiap orang memiliki lini masanya masing-masing. “Terlalu tua” pun tak menjadi halangan untuk berprestasi.
Joselu sebelumnya dikenal sebagai pemain medioker, dengan karier di klub yang praktis biasa-biasa saja. Namun, di usia yang kepala tiga ini, sejumlah capaian direngkuhnya. Di antaranya debut di timnas Spanyol saat umurnya 32 tahun.
Joselu pada 2022 “hanya” menonton Real Madrid berlaga di final Liga Champions. Eks striker Stoke City ini bergabung di Real Madrid pada 2023 sebagai pemain pinjaman. Namun, pada leg kedua semifinal Liga Champions, dirinya menjadi pembeda dengan dua gol yang mengantarkan Sang Raja Eropa ke final dan berpeluang mencatatkan gelar ke-15-nya pada musim ini.
Mari beranjak ke nama terakhir yakni klub Bayer Leverkusen. Tim asuhan Xabi Alonso ini kini tercatat sebagai pemegang rekor tidak terkalahkan sepanjang sejarah klub sepak bola Eropa. 49 laga tidak terkalahkan, dan masih berpeluang catatan ini untuk ditajamkan.
Bila boleh menarik garis inspirasi, adalah kegigihan Leverkusen untuk menolak kalah. Yang teranyar pada laga leg kedua semifinal Liga Europa menghadapi AS Roma. Hingga menit ke-80, Leverkusen masih tertinggal 0-2. Barulah pada menit 82, skor berubah jadi 1-2. Semangat menolak kalah ini membuahkan hasil pada menit 90+7 saat Josip Stanisic berhasil mencetak gol penyeimbang, skor pun jadi 2-2.
Mencetak gol di masa-masa akhir pertandingan yang menghindarkan dari kekalahan bukan kali pertama terjadi. Hingga dikenal istilah “Xabi Time”.
Kiranya dari Ancelotti yang tetap di elite sepak bola dalam rentang waktu lama, Joselu yang mencuat di “usia tua bagi pesepakbola”, hingga semangat menolak kalah dari Leverkusen, merupakan pijar-pijar inspirasi yang dapat direguk untuk berbagai aspek kehidupan.