Tokoh-tokoh dalam cerita urun rembuk
Akan dibawa ke mana cerita ini?
Si penulis telah sekian lama hiatus
Menepi
Mengambil jeda
Tokoh-tokoh dalam cerita bertanya-tanya
“Bagaimana nasibku?”
“Bagaimana nasibmu?”
“Bagaimana nasib cerita ini?”
Si karakter utama diinterogasi
Angkat bahu ia
“Kau tahulah bagaimana tabiat penulis kita,” kata karakter utama
“Siapa saja bisa dibelokkannya, diluruskannya, dihentikannya, muncul kembali”
“Kalian pikir aku tidak bisa pungkas di cerita mendatang?” balik tanya karakter utama menatap mata rekan-rekan karakternya
“Kalian pikir aku ada jaminan langgeng jadi karakter utama? Akan tetap jadi protagonis, bukan antagonis?
“Ya, bisa saja sih menyeberang sisi,” tanggap karakter lainnya
“Kalau ku pikir-pikir kau memang punya bibit & potensi menyeberang sisi sih,” celetuk karakter lainnya menanggapi karakter utama
“Memangnya apa yang dibimbangkan penulis kita?”
“Ya bimbanglah, pernah kau lihat peta besar ceritanya?” tanya karakter utama
Yang lainnya menggelengkan kepala
“Aku juga belum pernah melihatnya,” tutur karakter utama kalem
“Hadeuh”
“Grrrr”
“Kirain”
“Tapi, aku pernah mendengar penulis kita mengeluh,” karakter utama seakan sedang memindai ingatannya
Mencari-cari di sudut ingatan, memilih diksi yang tepat
“Penulis kita gulana karena banyak pembacanya yang seolah menyetirnya, menginginkan cerita ujungnya seperti ingin mereka”
“Tapi, peta ceritanya bisa membuat kecewa, patah hati, kesal, para pembaca-pembaca itu,” si karakter utama menjabarkan ingatan & menemukan diksinya
“Ya risikolah, namanya karya, punya penggemar”
“Emang pengarang kita masih baperan apa kata warganet?”
“Bukannya dia ‘anjing menggonggong, kafilah berlalu ya’ – sabodo teuing apa ingin netizen”
Tanggap karakter-karakter lainnya
Obrolan mereka terhenti, si penulis memasuki ruang kerjanya
Membuka jendela
Duduk di bangku
Pena di tangannya, ia mulai menulis
menulis dan menulis
Tokoh-tokoh dalam cerita menatap balik si penulis