Perihal mainan, dapat bak fashion. Berputar kembali pada tren tertentu. Hal itu misalnya dapat dijumpai pada lato-lato. Dahulu ketika kecil saya memainkan lato-lato. Ternyata berbilang beberapa dekade kemudian, sempat viral memainkan lato-lato, di momen ketika saya telah memiliki anak. Lato-lato dengan demikian dapat menjadi salah satu contoh mainan lintas generasi.
Mainan lintas generasi lainnya yang juga dapat menjadi sampel adalah Lego. Bagaimana mainan ini dapat bertahan dari generasi ke generasi. Hebatnya lagi Lego senantiasa mendapatkan apresiasi positif sebagai mainan yang berperan baik dalam tumbuh kembang anak.
Mungkin ada di antara kita yang sekalian memberikan anak Lego, juga ikutan bermain. Hal yang lebih memungkinkan sekarang, dikarenakan kocek yang lebih tebal karena telah bekerja.
Mainan lintas generasi lainnya yang juga saya identifikasi adalah tamiya. Bagi generasi 90-an selain mengenal mainan tamiya, terdapat “bumbu” lainnya yang kian melekatkan pada mainan tersebut yakni anime “Yonkuro Dash Emperor”. Nonton animenya, mainkan tamiyanya, menjadi keseruan tersendiri di masa itu.
Nyatanya berbilang merentang masa berdekade kemudian mainan tamiya beserta sejumlah perlombaannya masih diminati oleh lintas generasi.
Mainan lintas generasi lainnya yakni gimbot. Perangkat gim portabel ini menyajikan berbagai macam jenis permainan, seperti permainan tembak-tembakan, petualangan, dan sebagainya. Adakah Anda yang telah memainkan kembali gimbot di masa sekarang?
Berbagai seri dari PlayStation telah mencapai PS5. Walau begitu tak berarti para peminat gim sebelum PS5 tidak signifikan. Ada pula yang tetap memainkan edisi sebelumnya, baik karena alasan kenangan, memang lebih suka edisi lawas, dan sebagainya.
Mainan lintas generasi tak hanya terkait yang digital, sejumlah mainan-mainan lawas yang dijual, baik itu di toko mainan yang memang mengkhususkan diri di segmen tersebut, kafe yang juga menjual mainan-mainan masa lampau, ataupun di marketplace.