Belajar memiliki banyak bentuknya. Di antaranya adalah dengan mencoba. Anak – yang tergolong masih baru di dunia ini – lazimnya ingin mencoba ini dan itu. Dalam hal ini orang tua bisa jadi terlampau protektif, serta menghadirkan kemungkinan bahaya.
Padahal kiranya growth mindset dapat tumbuh berkembang, melalui mencoba. Growth mindset yang memiliki fondasi baik, karena anak terbiasa mencoba, “menantang” batasnya.

Orang tua dapat memperkirakan, melakukan mitigasi, sekiranya bahaya-bahaya apa saja yang mungkin timbul. Orang tua juga dapat mencontohkan, memberikan saran kepada anak tentang kemungkinan yang terjadi.
Ketakutan, keterampilan yang belum dikuasai orang tua, bisa jadi tertransfer melalui pengasuhan. Kata ‘jangan’, ‘tidak’, juga dapat membatasi anak untuk mencoba. Maka apa yang dapat dilakukan orang tua? Orang tua dapat melibatkan sosok yang ahli, lebih kompeten.
Ambil contoh, bila orang tua tak bisa berenang, sedangkan anak ingin berenang. Maka orang tua dapat misalnya, memberikan les renang pada anak (di mana pelatih yang kompeten akan membimbing anak). Cara lainnya yang dapat ditempuh, dengan meminta bantuan saudara yang memiliki kemampuan renang, serta dapat mengayomi anak untuk “tipis-tipis” belajar renang.
Biarkan anak mencoba, hal itu dapat berkorelasi dengan kemandiriannya. Maka salah satu parameter kemandirian, ketika anak telah dapat melakukannya sendiri, seperti berpakaian, makan, dan sebagainya.
Tentu dibutuhkan kesabaran ketika membiasakan anak mencobanya sendiri. Berikan contoh, panduan, serta miliki bekal sabar, karena berbagai keterampilan yang dicoba anak, awal-awalnya bisa masih jauh dari kata ahli. Dibutuhkan waktu hingga anak dapat melakukannya dengan baik. Di mana hal itu diperlukan mencoba, mencoba, mencoba dari anak.
Ketika anak dibiasakan mencoba, berbagai keterampilan, pengalaman baru, baginya merupakan permainan yang menyenangkan. Hal ini merupakan bekal kemandirian serta sikap growth mindset, bahwa gagal-mencoba-berhasil merupakan sesuatu yang lumrah dilakukan.