Makanan, tak sekadar melewati lidah, dirasakan sensasi rasanya. Namun, dapat dipadukan dengan penceritaan. Simaklah konsep sejumlah restoran, di mana para chef-nya memberikan penjelasan tentang makanan-makanan yang disajikan.

Simak pula sejumlah tayangan kuliner, di mana tak hanya ‘mak nyus’, ‘lezat’, ‘recommended’, melainkan dibingkai pula dengan cerita. Sebut saja berjualan makanan sejak kapan, latar belakang koki, bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam makanan, sejumlah tips dan trik dalam memasak, dan sebagainya.
Berbagai lomba masak yang bermunculan pun mengemas makanan sebagai drama tersendiri. Para pesertanya yang dikulik, aneka tantangan dengan tenggat waktu tertentu, serta daya kreasi dari bahan yang disediakan.
Berbagai konten di media sosial terkait makanan, juga menceritakan aneka hal. Ada yang bak hidden gem, ada yang mengantre luar biasa, ataupun dengan Instagramable-nya.
Menyelami makanan dalam lapis yang lebih dalam lagi, akan ditemukan sejumlah cerita. Seperti misalnya, sejarah makanan tersebut, status sosial orang-orang yang menyantap makanan itu, kemiripan sejumlah kuliner, bagaimana makanan beradaptasi, dan sebagainya.
Makanan juga menceritakan keguyuban dari suatu komunitas. Terdapat sejumlah kuliner yang dimasak bersama. Ambil contoh pada makanan Bali yang diceritakan oleh foodie Bondan Winarno dalam bukunya “100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia” sebagai berikut:
…terjaganya kelestarian dan kemurnian masakan tradisional Bali salah satunya adalah karena masih teguhnya masyarakat Bali memegang dan melaksanakan tradisi mebat dan megibung dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mebat adalah memasak bersama yang dilakukan oleh wakil-wakil dari setiap keluarga di satu komunitas untuk disantap secara bersama pula (megibung) dalam ritual agama Hindu-Bali. Mebat dipimpin oleh mancagera (semacam executive chef dalam struktur organisasi dapur modern). Selain memegang resep-resep pusaka secara turun-temurun dan piawai dalam penyiapan mise en place, setiap mancagera juga wajib memahami sisi spiritual dari prosesi masak dan makan bersama ini.
Ada pun, mengenai bagaimana makanan diceritakan, bisa memakai metafora, memakai simbol, hal itu guna mendekatkan pemahaman kepada khalayak.