Stres dapat menimpa semua orang. Stres merupakan respons alami terhadap tuntutan dan tekanan hidup. Hal ini dapat dipicu oleh beragam faktor, termasuk tanggung jawab pekerjaan, masalah keuangan, masalah hubungan, dan perubahan besar dalam hidup.
Stres bisa menimbulkan dampak serius pada fisik, perilaku, dan mental yang sangat berefek pada kesehatan. Jadi, manajemen stres merupakan bagian penting dalam menjaga kesehatan.
Stres yang berdampak pada fisik dapat berdampak pada sistem kardiovaskular. Sistem kardiovaskular sangat rentan, karena stres meningkatkan detak jantung dan tekanan darah, yang dapat menyebabkan masalah jantung jangka panjang.
Kehadiran hormon stres seperti kortisol dan epinefrin menyebabkan stres oksidatif dan peradangan, yang meningkatkan risiko kardiovaskular dan serangan jantung.
Stres tinggi juga memicu sistem pernapasan menjadi cepat dan dangkal. Selain itu, risiko tertular penyakit pernapasan atau memperburuk kondisi pernapasan yang telah ada juga lebih tinggi karena stres memperburuk respons imun tubuh.
Sistem imun tubuh juga melemah ketika tubuh mendeteksi stres. Sistem endokrin merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol, yang bila meningkat dalam jangka waktu lama, bisa mengganggu fungsi metabolisme dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Hal ini, pada gilirannya, bisa meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan memperburuk penyakit peradangan kronis.
Pada sistem pencernaan, ketika seseorang mengalami stres, neurohormon yang disebut katekolamin dilepaskan, yang berdampak terutama pada sistem pencernaan. Pada akhirnya, aliran darah ke usus berkurang, yang dapat menyebabkan diare atau sembelit, tergantung orangnya.
Stres juga dapat meningkatkan refluks asam. Selain itu, stres dapat menyebabkan ketegangan otot. Hal ini disebabkan oleh rangkaian respons fisiologis yang terjadi ketika tubuh mengalami stres. Aktivasi sistem saraf simpatik akibat stres bisa menyebabkan ketegangan otot, sakit kepala, dan migrain .
Selain efek fisik, stres juga bisa menyebabkan efek mental seperti kecemasan dan depresi, gangguan kognitif, perubahan nafsu makan, dan gangguan tidur.
Sumber: Eating Well, Antara