Hajatan Piala Eropa 2024 telah pungkas. Berbagai tanya dan keingintahuan telah terjawab. Capaian secara kolektif dan individu dirayakan dengan berbagai cara. Tim Spanyol menjawab keraguan di awal turnamen, dengan menjadi juara setelah mengalahkan Inggris 2-1 di final.
Tak sekadar menjadi juara, catatan mengagumkan berhasil ditorehkan Alvaro Morata Cs. Sebut saja dengan 7 kemenangan sepanjang kejuaraan, yang berarti anak asuh La Fuente selalu menang.

Lalu, Spanyol juga jadi tim tersubur sepanjang sejarah Piala Eropa dengan total mengemas 15 gol. Spanyol semula dipandang skeptis, terlebih sejak awal tim matador ini berada di grup neraka bersama Kroasia dan Italia. Namun, ragu dijawab tuntas, berbagai hambatan berhasil dilewati. Sejak fase grup, negara kuat Kroasia dan Italia berhasil ditaklukkan dengan skor 3-0 dan 1-0.
Jalur “berduri” Spanyol terus terjadi di fase gugur. Pada perempat final, lawan yang dihadapi adalah tim tuan rumah yang juga favorit juara: Jerman. Melalui perpanjangan waktu Spanyol berhasil mengandaskan skuat asuhan Julian Nagelsmann 2-1.
Di babak semifinal, lawan berat pun dihadapi yakni Prancis. Prancis sang juara dunia 2018, memiliki skuad mewah di segala lini. Spanyol berhasil membekuk Mbappe Cs dengan skor 2-1. Di partai puncak, Spanyol menaklukkan finalis Piala Eropa edisi sebelumnya Inggris.
Keberhasilan Spanyol dipuji, di antaranya berkat peran kedua sayap serangnya yang diisi talenta muda Lamine Yamal dan Nico Williams.
Yamal yang mendapat penghargaan sebagai pemain muda terbaik di Piala Eropa 2024, baru berusia 17 tahun ketika bermain di laga final. Pemain Barcelona tersebut merupakan pemain termuda dalam sejarah yang tampil di final kompetisi mayor level internasional, memecahkan rekor yang diukir Pele pada final Piala Dunia 1958. Pele kala itu berusia 17 tahun 249 hari, sedangkan Yamal berusia 17 tahun 1 hari kala tampil di laga final.
Secara statistik, Yamal menjadi yang terbaik dalam urusan asis. Ia mencatatkan empat asis atau yang terbanyak di Piala Eropa 2024. Ada pun rekan Yamal di sayap yang berseberangan, Nico Williams (22 tahun) berhasil mencetak gol di laga final. Penampilan Nico juga banyak dipuji, karena senantiasa menebarkan ancaman, serta lihai dalam duel satu lawan satu dengan bek lawan.
Yang muda yang berjaya – para talenta muda tersebut dibina secara perkasa di bawah racikan pelatih Luis De La Fuente. La Fuente sendiri praktis berhasil menapaki karier sebagai pelatih tim nasional Spanyol berdasarkan jenjang umurnya. Tim Spanyol muda berhasil dibawanya menjadi kampiun. La Fuente berhasil membawa tim muda Spanyol menjadi juara Euro U19 dan Euro U21.
Maka ketika memegang tim nasional senior, para tulang punggung dari Spanyol usia muda tersebut turut berperan membawa Spanyol menjadi juara Piala Eropa untuk kali keempat. Yang berarti Spanyol menjadi negara paling digdaya di Piala Eropa.