Orang per orang memiliki minat dan bakat yang berbeda. Dalam dunia pendidikan pun dikenal konsep kecerdasan majemuk. Maka dengan begitu bisa jadi si A begitu ahli dalam bahasa, si B begitu ahli dalam olahraga, dan sebagainya.

Meski memiliki dasar minat dan bakat tertentu, tak berarti tidak mengenalkan anak pada berbagai hal. Olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga, perlu diupayakan bagi anak. Dikarenakan manusia didesain saling terkait dan terpengaruh. Seperti misalnya, bila anak kurang olah raga, maka tak hanya raganya yang terpengaruh, namun juga dapat berdampak pada pikirannya, kesehatannya, dan sebagainya.
Maka stimulasi anak dengan berbagai hal yang sekiranya dapat membuatnya tumbuh kembang secara optimal. Mengasah minat-bakat tertentu memang boleh-boleh saja, namun hal lainnya juga perlu diupayakan pula.
Berada di lingkup sosial juga memungkinkan anak untuk mengajarkan-diajarkan. Untuk sisi di mana anak ahli, piawai, berbakat, ananda dapat membantu rekannya yang masih tertinggal. Di sisi lain, di bagian kecerdasan yang anak masih kurang, anak dapat belajar dari temannya.

Berada di lingkup sosial, juga membawa pada kerja sama, toleransi. Misalnya pada tugas sekolah tertentu, dengan basis pengetahuan keahlian masing-masing, maka berkolaborasilah menghasilkan tugas yang baik. Hal semacam itu juga akan dihadapi anak di masa mendatangnya, di mana ada temu keahlian lainnya, bagaimana seni berkomunikasi, bersosial, dan sebagainya.
Dengan mengetahui konsep kecerdasan majemuk juga dapat mempertimbangkan opportunity cost, serta mengerti bahwa dibutuhkan waktu yang fokus, panjang, untuk menjadi terampil pada kecerdasan tertentu.