Menulis bukan perkara cepat jadi serta cepat ahli. Ada proses terus-menerus, mengasah keterampilan, mengokohkan kekhasan. Salah satu caranya yakni menulis dengan cara pandangmu.
Adalah wajar bila memiliki sejumlah penulis favorit, sejumlah rujukan. Hal tersebut lumrah dan baik adanya. Dari referensi tersebut dapat menjadi inspirasi, mengamati bagaimana kiranya menulis secara baik dan menarik. Meski begitu, di tahap selanjutnya perlu untuk menulis dengan perspektifmu, cara pandangmu.
Cobalah telaah para penulis favoritmu serta sejumlah rujukanmu, terdapat perbedaan bukan dari masing-masingnya? Terdapat kekhasan, diksi tertentu, cara pengungkapan, dan sebagainya.
Menulis dengan cara pandang personal perlu untuk dilatih. Baik sejak dalam pikiran, maupun eksekusi ketika mengerjakannya. Sejak dalam pikiran; dapat saja muncul perasaan rendah diri, merasa sudut pandang personalnya tak menarik, dan sebagainya.
Untuk melatih menulis dengan sudut pandang personal, dapat menggunakan hal di mana diri terlibat. Melibatkan langsung panca indra. Dengan begitu segenap indra dapat dipilah, dipilih, bagian mana yang mau dituliskan. Ketika melibatkan panca indra juga memungkinkan untuk lebih kaya dan lebih leluasa untuk memilih sudut pandang. Anda bisa misalnya menggali dari ingatan, hal yang berkesan. Anda juga dapat ke tempat tertentu, meniatkan diri untuk menulis tentang tema tertentu.
Melibatkan perspektif, juga dapat dilatih dengan kisah-kisah pribadi, personal. Tentu adalah wajar saja bila pandangan pribadi yang dikedepankan. Hal tersebut selain melatih kemampuan pikiran, keterampilan menulis, juga untuk memupuk kepercayaan diri.
Menulis dengan cara pandang pribadi, juga dapat menguraikan mengapa diri memilih pendapat tersebut. Kemukakan alasannya. Ketika memiliki perspektif tertentu bisa ada yang bersetuju, bisa ada yang tidak. Tak masalah. Toh pro kontra terhadap tulisan telah terjadi sejak dulu, kini, dan nanti.