Pandemi Covid-19 berbilang tahun yang lalu turut mengubah lanskap pekerjaan. Work from home (WFH), work from anywhere (WFA) ketika itu dilakukan. Setelah banyak yang mengalami WFH, WFA, konsep tersebut kian diterima luas, bahkan selepas pagebluk Covid-19.
WFH memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat menghemat waktu serta tenaga pekerja yang biasanya dialokasikan dalam perjalanan. Meski begitu, berbagai sisi juga dapat dilihat. Di antaranya mengenai tantangan bagi pekerja yang melakoni WFH.
Pada berbagai sosial budaya, kata bekerja lekat dikaitkan dengan pergi ke tempat tertentu. Alhasil, bagi mereka yang bekerja dari rumah dapat mengalami persepsi dinyinyiri, dipertanyakan.
Tantangan bagi yang bekerja dari rumah berikutnya yakni dapat tersita waktunya dengan sejumlah urusan rumah tangga. Seperti ada perangkat tertentu yang rusak, perbaikan di rumah, kebocoran karena hujan, dan sebagainya. Maka perlu kiranya untuk bersiap dengan segala kemungkinan serta menyiapkan slot waktu tertentu.
Bagi yang telah berkeluarga, jam kerja dapat terinterupsi, seperti misalnya anak yang ingin bermain, ada barang tertentu yang perlu dibeli, dan sebagainya.
Maka perlu kiranya bagi yang melakoni work from home untuk memberitahukan jam kerja kepada penghuni rumah lainnya. Harapannya dengan begitu, harap maklum, bahwa di rentang waktu tersebut sesungguhnya sedang bekerja di rumah. Berikan pula pemahaman, pengertian, bahwa sekalipun di rumah, konsepnya sesungguhnya sama dengan bekerja di kantor: membutuhkan waktu serta fokus dalam pengerjaan.
Memiliki waktu kerja juga penting demi menjaga keseimbangan dalam hidup. Dikarenakan bisa jadi bekerja terlampau berlebihan secara waktu serta tenaga. Atau di sisi lain, malah dapat bekerja di bawah metrik seharusnya. Dengan memiliki waktu kerja, maka harapannya kerja dapat terselesaikan dengan optimal serta dapat seimbang pula dalam kehidupan.