Carian
Orang Tua Yang Menjadi Teman Bagi Anak 
November 1, 2024 Arifin

Adakah anak terbiasa bercerita tentang apa yang dialaminya dalam keseharian? Untuk sampai ke tahapan nyaman bercerita, orang tua dapat mencoba berefleksi telahkah menjadi tempat yang nyaman, aman untuk bercerita?

Adakah anak nyaman mengekspresikan diri di depan orang tua? Anak dengan berbagai pikiran dan perasaannya, adakah telah diterima, dicerna segala pikiran serta perasaan itu. Tak hanya ketika sedang bergembira, bersenang-senang, melainkan juga ketika anak kecewa, takut, sedih, marah. Orang tua dapat tergoda untuk “menekan” perasaan kecewa, takut, sedih, marah dari anak. Lekas-lekas meredam, serta mencoba memberi solusi tentang perasaan yang dialami tersebut.

Padahal perlu kiranya untuk memvalidasi, menerima apa yang sedang dirasakan oleh anak. Menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang utuh. Lalu, mencoba di titik mana sekiranya dapat membantu anak agar dapat merasa lebih baik.

Di sisi lain, orang tua juga dapat timbal balik dengan anak. Menjadikan anak sebagai teman, dengan turut menceritakan apa yang dialami, dirasakan, dipikirkan, dalam keseharian. Mintalah pendapat anak setelah mengungkapkan pikiran, perasaan tertentu. Dengan begitu anak pun tahu bahwa pendapat, pikirannya dihargai, diapresiasi.

Menjadi teman bagi anak, juga dapat diupayakan dengan membersamai dalam kegiatan keseharian. Baik yang coba dirutinkan, maupun yang sifatnya organik. Sesuatu yang dirutinkan, misalnya beribadah bersama, membaca bersama, menonton bersama, makan bersama, bermain bersama, dan sebagainya.

Dengan rutin membersamai, komunikasi, bercerita dapat diungkapkan di sela-sela kegiatan-kegiatan tersebut. Ragam kegiatan yang dilakukan bersama itu juga dapat menjadi pengamatan bagi orang tua, baik yang tersirat maupun yang tersurat.

Komen