Sejak di bangku sekolah, tugas kelompok menjadi bagian dari kehidupan. Coba diingat-ingat pengalaman mengerjakan tugas kelompok ketika berada di bangku sekolah, maupun kuliah. Ada serunya, ada gregetannya, ada kecewanya, serta rupa-rupa perasaan.
Namun, nyatanya tugas kelompok tak sekadar menuntaskan tantangan saat itu. Ternyata tugas kelompok yang telah berkali-kali dilakoni, berguna kiranya dalam kehidupan. Sebagai makhluk sosial, maka tugas kelompok merupakan praktik nyata dari bersosial itu.

Dalam tugas kelompok, dihadapkan dengan tenggat, harapan, tantangan, ragam karakter, ragam cara mengerjakan, dan sebagainya. Maka keterampilan untuk berkomunikasi diperlukan. Untuk mengerti tentang pembagian tugas misalnya. Bahasa lisan, bahasa tulisan, dipraktikkan ketika melakukan tugas kelompok.
Tugas kelompok juga memungkinkan untuk menghadapi ragam orang. Hal yang dapat menimbulkan konsensus dan konflik. Maka melalui tugas kelompok diri akan mempraktikkan bagaimana menghadapi aneka ego, berbagai pendapat.
Pada tugas kelompok, bisa jadi Anda akan diizinkan membentuk kelompok sendiri. Hal yang memungkinkan Anda berkoloni dengan rekan-rekan yang telah dikenal tindak tanduknya. Lalu juga di kesempatan lain, Anda tak ada pilihan selain pasrah, dikelompokkan oleh guru ataupun dosen. Bagaimana untuk mengoptimalisasi dari kelompok yang dipilihkan, menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana bertoleransi dengan orang lain, berusaha untuk mencapai nilai yang baik bersama, dan sebagainya.
Tugas kelompok juga mengajarkan untuk berfokus pada apa yang diri dapat kendalikan, serta melakukan sejumlah antisipasi, mitigasi dari tak optimalnya hasil tugas kelompok. Bagaimana mengatur waktu, tenggat, merupakan langkah mitigasi dari kemungkinan terburuk dari tugas kelompok.
Hal semacam itu juga berlaku dalam kehidupan selepas bangku sekolah, seperti di dunia kerja. Di mana waktu, tenggat, dapat menjadi parameter, serta mitigasi dari kemungkinan tak optimalnya pekerjaan.