Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kata guru? Bila ditelaah, ternyata apa yang ada di diri hingga saat ini merupakan interaksi dari banyak hal. Ibarat murid, kita belajar dari berbagai macam guru.
Guru dalam konteks pendidikan formal, tentu ada yang berkesan dan menginspirasi. Bagaimana mendapatkan pembelajaran, baik terkait bidang pelajaran, maupun keteladanan, kata-kata penyemangat, memantik untuk mempertanyakan, dan sebagainya.

Sementara itu, guru dalam konteks lebih luas, bisa siapa saja dan di mana saja. Dari siapa saja, kita dapat belajar. Dari alam, terkenal istilah “Alam terkembang menjadi guru”. Lakukan pengamatan terhadap alam, dengarkan suara alam, cobalah mengerti, serta lebih mesra alam.
Siapa saja dapat menjadi guru, termasuk dari anak-anak kita dapat belajar. Sebut saja rasa ingin tahu, semangat mempertanyakan, keberanian bermimpi, imajinasi yang hidup, serta sejumlah sifat dasar yang baik yang lazimnya melekat pada anak-anak.
Di samping itu, secara personal, diri juga dapat menjadi “guru” dalam makna. Dengan memberikan keteladanan dalam perkataan dan perbuatan. Dengan mendorong orang-orang untuk berbuat baik. Dengan menghidupkan karsa, kehendak untuk melakukan hal bermanfaat bagi orang banyak, dan sebagainya.
Mengajarkan, menyebarkan ilmu yang diketahui juga merupakan cara untuk memantapkan pengetahuan yang dimiliki. Ketika mengajarkan, maka akan lebih kokoh di ingatan, serta memungkinkan untuk lebih dalam pemahaman.
Rumah yang ditinggali pun dapat menjadi tempat pembelajaran. Di mana ilmu diajarkan serta diupayakan. Semangat pembelajaran dapat dihadirkan di rumah, seperti misalnya menghadirkan buku yang sesuai dengan para anggota di rumah, kerap berdialog-berdiskusi antara anggota rumah, dan sebagainya.
Growth mindset dapat diupayakan di rumah, dengan semangat para anggota keluarganya untuk senantiasa berguru, mempelajari hal baru, mendalami ilmu-ilmu yang telah dikuasai. Untuk belajar sesuatu yang baru misalnya, mungkin menimbulkan perasaan tak enak, tak berdaya, kurang ahli, timbul perasaan bodoh sera mengalami kesulitan dan tantangan. Akan tetapi, dari belajar terhadap hal baru itulah, diri dapat menemukan kegembiraan, ketekunan, resiliensi, berani mencoba. Tak hanya perihal keterampilan dari hal baru, namun juga sikap-sikap hidup.