Antibiotik merupakan cara melawan infeksi bakteri, tetapi penggunaannya harus dilakukan dengan bijak dan berdasarkan rekomendasi dokter. Perlu diingat dampak buruk yang dapat terjadi bila antibiotik digunakan sembarangan, termasuk risiko resistensi antibiotik.
Perlu diketahui, antibiotik itu bukan semata obat untuk membunuh kuman, tetapi juga perlu dilihat proses yang terjadi pada tubuh. Maka penggunaan antibiotik tidak boleh dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan medis, sebab antibiotik juga berkaitan dengan proses kompleks di dalam tubuh, seperti patofisiologi dan patogenesis. Oleh karena itu, pemberian antibiotik harus didasarkan pada diagnosis yang akurat oleh tenaga medis profesional.

Perlu diingat bahwa tidak semua demam atau infeksi membutuhkan antibiotik. Infeksi akibat virus, misalnya, tidak akan sembuh dengan antibiotik.
Namun, bila demam atau gejala infeksi berlangsung lebih dari lima hari, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan menentukan apakah antibiotik memang diperlukan.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, baik dalam hal jenis, dosis, maupun durasi, bisa memicu mutasi bakteri yang menyebabkan resistensi. Kondisi tersebut dapat berdampak serius, seperti tidak tersedianya antibiotik yang efektif saat terjadi infeksi berat.
Di samping itu, penting untuk bersabar dalam menjalani terapi antibiotik, karena membutuhkan waktu untuk bekerja dengan membantu tubuh melawan kuman, dan proses ini tidak bisa terjadi dalam hitungan jam.
Perlu diingat pula bahwa dokter telah dididik untuk memahami kompleksitas penyakit dan menentukan terapi yang paling tepat.
Dengan penggunaan antibiotik yang bijak dan terkontrol, kita bisa berkontribusi dalam mencegah resistensi antibiotik, melindungi diri sendiri, dan menjaga kesehatan komunitas secara keseluruhan.
Sumber: Antara