Carian
Tips Menghindari “Brain Rot” 
December 9, 2024 Arifin

Oxford University Press mengumumkan ‘brain rot’ atau ‘pembusukan otak’ sebagai Kata Tahun Ini untuk tahun 2024. ‘Brain rot’ berisiko memiliki dampak terhadap penurunan kesehatan mental karena berkaitan dengan penggunaan media sosial yang tergolong dangkal.

‘Brain rot’ mencerminkan penurunan kemampuan mental secara perlahan, yang sering kali dikaitkan dengan penggunaan layar yang berlebihan, kurangnya stimulasi, atau pilihan gaya hidup yang tidak sehat.

‘Brain rot’ merupakan kemunduran yang diduga terjadi pada kondisi mental atau intelektual seseorang, terutama bila dilihat sebagai akibat dari konsumsi berlebihan terhadap materi (terutama konten daring) yang dianggap remeh atau tidak menantang.

Istilah ‘brain rot’ menyoroti meningkatnya kekhawatiran tentang dampak mengonsumsi konten media sosial yang dangkal terhadap kesehatan mental. Paparan informasi yang dangkal dari internet atau media sosial tersebut dapat menurunkan kesehatan kognitif dan menyebabkan kelelahan mental.

Penurunan tersebut tidak terbatas pada kelompok usia tertentu. Kerusakan otak akibat penggunaan media sosial bisa memengaruhi anak-anak dan orang dewasa, meskipun penyebab dan gejalanya dapat berbeda.

Pada anak-anak, kerusakan otak sering kali terlihat dari berkurangnya rentang perhatian, kesulitan berkonsentrasi pada tugas, dan prestasi akademis yang buruk.

Sedangkan, kerusakan otak pada orang dewasa bisa ditandai dengan mudah lupa, motivasi rendah, mudah tersinggung, dan terlalu bergantung pada perangkat gawai untuk hiburan.

Penyebabnya beragam, tetapi sering kali berasal dari masalah inti yang sama. Mulai dari terlalu bergantung pada layar gawai atau perangkat komputer, kurangnya rangsangan mental, dan kebiasaan tidak sehat.

Waktu menonton layar yang berlebihan merupakan salah satu penyebab terbesar dari kerusakan otak. Konsumsi berlebihan terhadap materi yang remeh mengurangi rentang perhatian dan membatasi pemikiran kritis.

Media sosial dan pengguliran (scrolling) internet tanpa akhir bisa membanjiri otak dengan konten yang dangkal, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk keterlibatan kognitif yang lebih dalam.

Faktor lain yang menyebabkan kerusakan otak meliputi kurangnya aktivitas fisik, kurang tidur, dan gizi buruk.

Tanpa istirahat yang cukup dan diet seimbang yang kaya akan nutrisi penambah fungsi otak (seperti asam lemak omega-3 dan antioksidan), fungsi kognitif bisa menurun seiring berjalannya waktu.

Tidak hanya itu, gaya hidup yang tidak aktif semakin memperburuk masalah karena aktivitas fisik amat penting untuk menjaga kesehatan otak dan kesehatan mental.

Ada pun orang tua sebaiknya menetapkan batasan waktu layar yang jelas dan mendorong permainan di luar ruangan untuk merangsang kreativitas dan mengurangi stres pada anak-anak mereka.

Penting pula memiliki hobi lain seperti membaca, musik, dan seni. Aktivitas tersebut bisa membantu anak-anak mengembangkan fokus dan keterampilan berpikir kritis.

Bagi orang dewasa, memerangi kerusakan otak berarti menemukan keseimbangan antara konsumsi digital dan aktivitas yang menantang pikiran. Seseorang perlu melakukan permainan yang bisa merangsang pikiran, seperti memecahkan teka-teki, atau melakukan percakapan yang mendalam dan bermakna.

Sumber: Today, Antara

Komen