Orang tua pada dasarnya selalu menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Meski begitu, terkadang orang tua berusaha terlalu keras untuk membentuk anaknya sedemikian rupa dan lupa bahwa anak punya pemikiran sendiri, jalan hidup sendiri.
Maka perlu kiranya ayah-bunda untuk mengetahui batasan. Orang tua dapat berfokus untuk memberikan yang terbaik, berupaya menstimulasi ragam kecerdasan anak, memberikan pengalaman beragam serta kesempatan pada anak. Di sisi lain, anak yang nantinya akan menjalani hidup secara mandiri.

Orang tua perlu membiasakan anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Bila hal tersebut dibiasakan, anak akan terlatih, pun begitu dengan orang tua yang akan lebih legawa, terbiasa dengan pilihan-pilihan anak.
Jika sejak dini anak terbiasa mengambil keputusan, memilih tindakan tertentu, orang tua juga dapat melihat pola pikir, alasan dari sang anak. Anak pada dasarnya juga menginginkan yang terbaik untuk dirinya.
Orang tua yang terbiasa menilik keputusan personal dari anak, juga jadi tahu pandangan lainnya. Bisa jadi pilihan anak berbeda dari yang dipikir orang tua. Maka menyikapi hal tersebut menjadi seni, keterampilan, keahlian, yang juga perlu dipraktikkan orang tua.
Membiasakan anak membuat keputusan juga dapat menjadi cara bagi anak untuk belajar. Bahwa berbagai keputusan memiliki konsekuensi. Hal semacam itu perlu dirasakan langsung oleh anak, tak sekadar diangankan, maupun sekadar diberi tahu.
Membiasakan anak membuat keputusan juga dapat menjadi cara untuk mempelajari membuat keputusan. Berani membuat keputusan, mempertimbangkan aspek-aspek yang ada ketika keputusan telah dibuat.
Orang tua juga perlu memberikan bekal kepada anak agar dirinya dapat berguna bagi sesama, berkontribusi untuk yang lain. Upayakan untuk membantu menemukan Ikigai dari anak. Ikigai dapat dimaknai sebagai kombinasi dari empat hal yaitu passion (apa yang disukai), mission (apa yang dibutuhkan dunia), vocation (apa yang kamu kuasai), profession (apa aktivitas yang bisa berbuah).