Carian
Mengapa Seseorang Menggunakan Nama Pena? 
August 2, 2023 Arifin

Sebuah nama yang tertera pada buku yang Anda pegang, memiliki banyak cerita serta sejarah. Ya, pengarang, penulis, tertempa melalui berbagai tulisannya serta kemungkinan penolakan.

Kisah klasik yang lazim diketahui tentang J.K. Rowling yang mengalami penolakan dari beberapa penerbit. Hingga akhirnya karyanya Harry Potter diterima, serta mengalir jauh dalam bentuk ragam alih wahana kreativitas lainnya.

Sementara itu dalam ranah penulisan dikenal istilah nama pena. Yang diartikan sebagai sebuah nama  yang diadopsi oleh seorang penulis.

Mengapa menggunakan nama pena? Untuk membuat nama penulis lebih khas; untuk menyamarkan gendernya; untuk memberi “jarak” antara seorang penulis dengan beberapa atau semua karyanya; untuk melindungi penulis dari bahaya yang ditimbulkan oleh tulisan-tulisannya; atau untuk sejumlah alasan yang berkaitan dengan pemasaran atau presentasi estetika dari karya yang terkait. Nama penulis yang sebenarnya bisa saja hanya diketahui oleh penerbit buku dan dijaga kerahasiaannya.

Untuk nama pena, J.K. Rowling dapat menjadi contoh. Ia memiliki nama pena Robert Galbraith yang menceritakan kisah detektif Cormoran Strike. Dari alasan di atas, menurut Anda apa pasal yang digunakan J.K. Rowling hingga menyebabkan ia memiliki nama pena?

Contoh lainnya mengenai nama pena ditemui pada Yapi Tambayong, penulis dan sastrawan asal Indonesia. Ia menggunakan berbagai nama untuk bidang sastra yang berbeda, sebagai contoh adalah adanya nama seperti “Remy Sylado” untuk novel dan “Dova Zila“, “Alif Danya Munsyi“, “Juliana C. Panda“, atau “Jubal Anak Perang Imanuel” untuk bidang lainnya, di mana semuanya adalah nama pena.

Lalu tokoh Indonesia, Sukarno pun memiliki nama pena. Untuk melindungi dirinya, ia memiliki nama pena Bima. Seperti dilansir Bobo, saat itu, Pemerintah Hindia Belanda akan menghukum siapa pun yang mengkritik atau menentang pemerintah. Jika ketahuan, pemerintah akan memberikan sanksi hukuman fisik serta melarang Sukarno bersekolah. Dengan nama pena Bima, Sukarno melancarkan kritik atas penjajahan. Di antaranya Sukarno menulis 500 artikel dengan menggunakan nama pena Bima di surat kabar Oetoesan Hindia.

Masih terkait nama pena, kisah viral tentang mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah dusun yang diyakini sebagai desa penari. Teka teki mengenai sosok penulis novel ‘KKN di Desa Penari’, Simpleman, pun menjadi rahasia tersendiri.

Sejak ceritanya diunggah ke Twitter oleh akun anonim @SimpleM81378523, sosok sang penulis tak ada yang bisa menebaknya.

Dalam wawancaranya di YouTube Raditya Dika, Simpleman bertutur bahwa identitas dirinya tak perlu diungkap. Ia mengutarakan sisi kekhawatiran bagi diri dan keluarganya. Ia pun ingin dikenal sebagai bukan siapa-siapa, serta lebih dikenal melalui tulisannya.

Dengan tak dikenal sosok sebenarnya, serta lebih dikenal nama penanya saja, maka ia dapat lebih leluasa untuk berpetualang dari kota ke kota lainnya, dari satu kos ke kos lainnya. Pun begitu kenyamanan didapatkan Simpleman ketika orang tidak memandang dirinya sebagai siapa-siapa. Sehingga ia dapat duduk di kafe sembari menulis, tanpa diganggu.

Komen