Arifin Diterbitkan 13 June 2021

“Love All” dalam Olahraga

Love All” dalam
Olahraga

Pada Ahad dini hari
(13/6/2021) saya menonton fim “Susi Susanti: Love All” dan Piala Eropa 2020.
Ternyata ada benang merah yang saya dapatkan: Love All. Pada film yang disutradarai Sim F, dalam perjalanan bus
dari Tasik menuju Jakarta, Susi Susanti dan papanya, Risad Haditono berbincang
tentang makna ‘Love All’.

Diksi ‘Love All’
diucapkan wasit ketika memulai pertandingan bulu tangkis.

“Pah, kenapa sih kalau sebelum
bertanding bilangnya ‘Love All’, emang artinya apa?” tanya Susi Susanti muda
dalam film tersebut.

Papa Susi pun dengan
arif menjelaskan kepada anaknya yang nantinya menjadi peraih medali emas
Olimpiade Barcelona 1992. “Artinya 0-0, tapi maknanya cinta semua, Love All. Ya maksudnya kita main karena
cinta. Cinta sama pertandingannya, sama penontonnya, sama pelatihnya, dan juga
sama lawannya,” tutur Papa Susi yang diperankan Iszur Muchtar.

“Apalagi sama lawan. Kita
cuma bisa hebat kalau punya lawan yang hebat. Kalau lawan kita payah, kita
enggak kelihatan hebat. Kalau dia hebat dan kita bisa ngalahin, itu berarti kita lebih hebat,” tambahnya.

Semangat “Love All” juga saya lihat ketika terjadi
insiden pada Christian Eriksen. Simak kesigapan kapten tim nasional Denmark,
Simon Kjaer bergerak cepat menolong Eriksen. Dia berusaha memastikan lidah
pemain klub Inter Milan ini tidak tertelan.

Seperti dilansir Pandit Football, Kjaer mengubah posisi
badan Eriksen sebelum tim medis tiba, mengajak rekan-rekan setim membuat
barikade. Kjaer bersama kiper Kasper Schmeichel juga berupaya menenangkan istri
Eriksen agar tidak larut dalam kesedihan.

Sementara itu Box2boxbola mengutarakan bahwa musibah
yang menimpa Christian Eriksen dalam pertandingan Denmark vs Finlandia
menunjukkan sisi lain sepak bola: seluruh dunia melupakan rivalitas, dan
bersatu dalam satu doa dan dukungan yang sama.

Love All.