Bagaimana cara kita berkomunikasi dapat ditelaah pada sejumlah film. Film memang dapat menjadi etalase budaya, pun sebagai arsip sejarah yang merekam apa yang terjadi di masa lampau.

Hal tersebut di antaranya terangkum beberapa pada film “Harry Potter”. Menggunakan surat oke, menggunakan telepon oke. Untuk penggunaan surat, hal tersebut digunakan dalam ranah Muggle (kalangan nonpenyihir), yang tertuju pada Privet Drive nomor 4. Bagi para penyihir, kirim-mengirim surat menggunakan perantara burung hantu. Ada Errol, Hedwig, sebagai contoh nama-nama burung hantu yang tentu telah dikenal para pecinta kisah Harry Potter.

Penggunaan telepon juga digunakan, lagi-lagi kala berurusan dengan Muggle di Privet Drive nomor 4. Sementara kotak telepon dapat menjadi “kamuflase” sebagai wahana untuk menuju ke Kementerian Sihir.

Sementara itu, di film lainnya yakni Kartini, surat digunakan sebagai medium berkomunikasi. Melalui surat, buah pikiran, keresahan, tanya-jawab terjadi. Dan buku “Door duiternis tot licht (habis gelap terbitlah terang)” merupakan kumpulan surat-menyurat antara Raden Ajeng Kartini kepada para sahabat penanya di Belanda. Sewafatnya R.A.Kartini, surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Mr. J. H. Abendanon.

Medium berkomunikasi melalui surat juga ditempuh pada film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Untaian pikiran, perasaan, dari Zainuddin dan Hayati dengan indah dihadirkan dalam berbagai rona warna pada surat-surat mereka.

Sedangkan pada film “You’ve Got Mail”, kisah “konflik romantis” dari Joe Fox dan Kelly diperantarai lewat berbincang melalui internet. Mereka berdua sebenarnya adalah teman chatting di internet, yang saling berkomunikasi melalui surat elektronik.