Arifin Diterbitkan 13 January 2021

Vaksin Yes, Protokol Kesehatan Yes

Vaksin Yes, Protokol Kesehatan Yes

Sejumlah negara kembali melakukan pembatasan sosial seiring dengan hadirnya galur baru Covid-19. Angka-angka empirik mereka yang terpapar Corona pun kembali melonjak. Sebuah pertanda bahwa kita belumlah sampai di akhir pagebluk ini.

Secercah harapan muncul dengan vaksinasi yang mulai dilakukan di sejumlah negara. Timbul harapan terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity).

Seperti dilansir klikdokter, buat penyintas Covid-19 perlu paham jika antibodi terhadap penyakit enggak akan bertahan selamanya. Di dalam jurnal Immunity disebutkan kalau orang yang sembuh dari Covid-19 ringan, menghasilkan antibodi yang dapat melindungi dari infeksi seenggaknya 5-7 bulan.

Jangan lupa kalau virus Corona ini masih bermutasi. Jadi penyintas yang sudah punya antibodi satu jenis virus Corona, belum tentu efektif melawan versi yang lebih baru.

Penting juga diketahui mengenai efikasi. Nilai efikasi sebuah vaksin adalah seberapa besar kemampuan vaksin itu mencegah penularan atau kemungkinan infeksi penyakit dalam suatu populasi masyarakat yang telah divaksinasi.

Angka efikasi didapat dari uji klinis, bertujuan untuk mengukur risiko penularan virus antara kelompok yang divaksinasi dan tidak divaksinasi.

Sebagai contoh efikasi vaksin Sinovac di Indonesia sebesar 65,3%. Artinya dari 100 orang yang divaksin, 65 orang terlindungi dari Covid-19 dan 35 orang lainnya masih bisa terkena Covid-19 yang bergejala.

65,3% orang yang telah divaksin memiliki potensi lebih rendah untuk terjangkit Covid-19. Karena tidak diketahui kita bagian dari kelompok 65% atau 35% maka 3M tetap harus dijalankan, walaupun telah divaksin.

Protokol kesehatan tetap berlaku untuk semua orang selama pandemi ini berlangsung. Mari tetap menjalankan protokol kesehatan 3M yakni: Menggunakan masker, Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, Menjaga jarak.

 

Sumber: klikdokter, Mata Najwa