Beberapa tahun yang lalu saya pernah mewawancarai juri di acara Pramuka. Saya tanyakan mengenai kemajuan teknologi, serta masih relevankah sejumlah keterampilan di Pramuka untuk dipelajari dan dikuasai. Ia pun menjawab bahwa teknologi pun memiliki keterbatasan, misalnya baterenya habis, ataupun sang teknologi itu rusak. Maka menurutnya sejumlah keterampilan di Pramuka tetap perlu dipelajari dan dikuasai.

Teknologi memang dapat melenakan dan membuat kita terbuai. Bagi generasi 90-an, mungkin pernah punya kenangan mengingat nomor-nomor telepon tertentu. Dus, mereka yang generasi 90-an, kini di era 2022, berapa banyak nomor telepon yang diingat, terlebih dengan ponsel pintar yang dapat menyimpan aneka file. Padahal perlu juga sebenarnya untuk mengingat beberapa nomor, sebagai langkah jaga-jaga, semisal batere ponsel Anda habis ataupun terjadi insiden pada ponsel pintar Anda sehingga tak dapat berfungsi optimal.

Sementara itu cara bertahan di laut pun, selain mengandalkan teknologi yang ada, kearifan pengetahuan masa lampau perlu juga diketahui, dipelajari. Bagaimana membaca pertanda di alam. Hal tersebut di antaranya dapat menjadi navigasi kala di lautan.

Sebelum mengenal teknologi navigasi, tanda-tanda alam adalah pedoman berlayar bagi pelaut. Pada masa lampau, para pelaut bernavigasi menggunakan alat-alat yang konvensional, misalnya tanda-tanda di darat untuk menentukan posisi. Para pelaut mengandalkan gunung, daratan, tanjung, serta suar untuk mengetahui posisi saat ini ada di mana. Ketika di tengah laut, bintang-bintang di langit dapat digunakan untuk mengetahui posisi. Dengan mengetahui posisi, maka dapat menentukan arah ke tujuan melalui jalur mana.